Mahasiswa yang datang dari luar Yogyakarta biasanya memiliki dua pilihan tempat tinggal, antara kos atau kontrakan. Saat perkuliahan dimulai, mahasiswa baru akan bertemu dan berkenalan dengan teman sekelas dan sejurusannya. Di sinilah perjalanan baru mereka dimulai. Semester awal seringkali dipenuhi dengan keceriaan dan persahabatan yang erat. Lama-kelamaan, hubungan ini semakin solid. Mereka mulai terbiasa berkumpul di kos teman, yang kemudian berkembang menjadi kebiasaan sehari-hari. Ini adalah kisah mahasiswa dari luar Jogja, yang awalnya ngekos, kemudian memilih ngontrak bersama teman-temannya.
Ketika memasuki semester 4, Gusma, seorang mahasiswa di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), memutuskan untuk ngontrak bersama teman-teman sekelasnya yang sudah dikenal sejak semester pertama. Keputusan untuk ngontrak muncul karena mereka sering berkumpul di satu kos dan khawatir mengganggu tetangga. Gusma dan teman-temannya pun mulai mencari kontrakan di sekitar UMY.
Sebelumnya, mereka pernah ngontrak di daerah Wirobrajan selama kurang lebih satu tahun. Namun, mereka kemudian memilih untuk mencari tempat tinggal yang lebih dekat dengan kampus. Kini, mereka tinggal di sebuah kontrakan di kawasan Gamping, tepatnya di utara UMY. Kompleks perumahan mewah yang mereka tempati dijaga ketat oleh petugas keamanan 24 jam. Lokasinya sangat strategis, dengan satu pintu utama yang langsung menuju Ringroad, dan pintu belakang yang mengarah ke area kampus.
Kompleks ini mayoritas dihuni oleh keluarga, meskipun ada beberapa rumah yang hanya ditempati saat pemiliknya pulang kampung. Selain itu, beberapa rumah kosong disewakan, dan mahasiswa menjadi salah satu target utama. Harga sewa di kompleks ini bervariasi, mulai dari 30 juta hingga 50 juta rupiah per tahun, tergantung pada jumlah kamar dan fasilitas yang tersedia. Dengan harga tersebut, biaya sewa dibagi diantara penghuni kontrakan.
Kehidupan di kontrakan pun lebih terasa solidaritasnya. Semua hal, mulai dari makan bersama hingga berbagi barang-barang, dilakukan bersama-sama. Bahkan untuk urusan membeli kebutuhan sehari-hari seperti peralatan masak, sayuran, dan beras, semuanya dikelola bersama.
Salah satu kelebihan ngontrak, menurut Gusma, adalah kemudahan saat mengerjakan tugas kelompok. “Lebih praktis dikerjakan di kontrakan, tidak perlu ke kafe atau bingung mencari tempat,” ujar Gusma.
Kehidupan di kontrakan justru membuat segalanya terasa lebih ringan karena semua bisa dikerjakan bersama. Meski ada tantangan, Gusma dan teman-temannya begitu menikmati kehidupan ngontrak ini, sehingga kesulitan pun nyaris tak terasa.
Penulis : Muhammad Surya Kukuh
Editor : Sakinatudh Dhuhuriyah