Streotype Mahasiwa Pendidikan

Setelah membahas mengenai stereotype mahasiswa pertanian, kali ini stereotype yang sering dijumpai adalah stereotype yang didapatkan oleh mahasiswa Pendidikan. Mahasiswa Pendidikan ialah mahasiswa dengan kosentrasi studinya mengarah kepada Pendidikan dengan berbagai macam fokus misalnya Pendidikan Bahasa Inggris, Pendidikan Bahasa Jepang, Pendidikan Bahasa Arab, Pendidikan Matematika, dan masih banyak lagi. Mahasiswa pada jurusan Pendidikan diharapkan bisa menjadi seorang pengajar atau pendidik dengan background yang mereka dapatkan. Namun, pada faktanya itu hanyalah isapan belaka. Justru saat ini banyak mahasiswa Pendidikan banting stir menjadi wirausahawan, jurnalis, penulis, atau malah trader saham. Berikut beberapa stereotype yang sering dijumpai dan ditemukan oleh mahasiswa Pendidikan.

  1. Pasti jadi guru

Yap, namanya saja Pendidikan, pasti mereka tidak jauh dari kata mengajar atau mendidik. Alhasil mereka sering dicap atau dipanggil sebagai pak guru atau bu guru dimasa yang akan datang. Padahal, jika kita menganggap demikian, itu tidak sepenuhnya benar. Jamak dijumpai, mahasiswa Pendidikan memilih prodi Pendidikan karena menginginkan ilmunya saja. Misalnya, mereka yang ingin mahir berbahasa Inggris, dikarenakan tidak diterima di Sastra atau tidak ada pilihan sastra, maka mereka akan memilih jurusan yang sama derajatnya yaitu Pendidikan Bahasa Inggris.

  1. Tidak boleh gondrong, kan calon guru.

Sebagai seorang yang digadang-gadang akan menjadi guru. Mereka sudah dituntun untuk menjalani peran menjadi seorang guru dari sejak bangku perkuliahan. Mereka dituntut rapi dan bisa menjaga image seorang guru nantinya. Alhasil, mahasiswa prodi Pendidikan biasanya memiliki rambut yang cepak dan rapih dengan potongan yang pendek. Hal ini karena mereka memiliki kewajiban magang atau PKL untuk mengajar, sehingga di dalam praktik tersebut mereka dituntut menjalani peran guru sepenuhnya termasuk penampilan.

  1. Lulusan yang gajinya sedikit

Bukan rahasia umum bahwa di Indonesia, gaji guru seperti dipermainkan. Seorang lulusan baru atau freshgraduate akan mengajar sebagai guru honorer. Lalu apa yang miris dari seorang guru honorer? Gaji mereka. Gaji mereka akan sangat ‘njomplang’ jika dibandingkan dengan guru tetap atau guru PNS. Bahkan beberapa kasus gaji guru honorer menyatakan bahwa mereka dibayar tiga bulan sekali. Tak ayal, hal ini membuat para lulusan prodi Pendidikan banting stir untuk mencari pekerjaan lain yang masih berhubungan dengan apa yang mereka pelajari selama perkuliahan.

Nah, itulah stereotype yang sering didapatkan oleh para mahasiswa Pendidikan. Kalau kalian seorang mahasiswa Pendidikan, yuk share pengalaman kalian di kolom komentar. Apa saja sih stereotype orang-orang ke jurusan kalian. Tetap semangat sarjana Pendidikan!

 

Penulis : Sibakhul Milad

Editor : Sakinah

Related Posts