Berkuliah di Perguruan Tinggi Negeri (PTN) sepertinya masih menjadi impian sebagian besar pelajar di seluruh Indonesia. Terbukti dengan jumlah peserta Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) yang menyentuh angka lebih dari 750 ribu peserta. Tidak hanya itu, bagi mereka yang gagal dalam SBMPTN tersebut rela mengikuti Ujian Mandiri (UM) agar bisa masuk di kampus negeri seperti halnya UGM, UNY, UI dan banyak kampus negeri lainnya. Bahkan mereka yang masih gagal dalam SBMPTN dan UM rela untuk menunda kesempatan untuk berkuliah dengan gap year yaitu menunda satu tahun untuk persiapan SBMPTN tahun depannya.
Memang tidak ada salahnya terus berusaha untuk bisa berkuliah di kampus idaman masing-masing. Berbagai kelebihan dari kampus negeri sudah terpampang dari mulai menjadi idaman mertua sampai mendapatkan privilege ketika lulus. Jamak dijumpai lulusan kampus besar seperti UGM, ITB, dan UI dipandang memiliki nilai lebih meskipun belum tahu bagaimana kemampuan individualnya. Sehingga banyak sekali pelajar yang rela belajar bahkan bimbingan belajar di berbagai bimbel yang terbilang tidak murah.
Baiklah, berkuliah memang boleh di kampus negeri. Namun kenapa tidak mencoba kampus swasta? Mungkin hal yang paling ditakutkan dari kampus swasta adalah harga yang mahal dan fasilitas yang tidak bisa bersaing dengan kampus negeri. Namun, itu dulu, sekarang kampus negeri dan swasta boleh bisa dijajarkan. Fasilitas mereka pun sudah sama seperti halnya kelas yang nyaman, kelas yang ber AC, lift setiap gedung, pelayanan yang memuaskan dan fasilitas yang tidak kalah.
Dari segi harga atau biasa disebut UKT, kampus swasta memiliki harga yang pasti, dalam artian tidak ada level atau tingkat, sehingga setiap semesternya mahasiswa akan membayar jumlah UKT yang sudah pasti yang ditentukan oleh kampus. Jika ditilik lebih jauh deretan UKT kampus negeri juga tidak terlalu murah. Bahkan di kampus besar seperti ITB, ada UKT yang berkisar 20 juta persatu semesternya. Sementara di kampus swasta, dengan 7 hingga 9 juta adalah harga standar setiap semesternya.
Dari segi fasilitas, kampus swasta pun tidak kalah jauh. Tengok saja Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), gedungnya sudah dilengkapi lift, parkiran yang luas bahkan memiliki basement, serta lapangan futsal, dan basket tersendiri. Jadi layak disebut jika kampus swasta sekarang bisa menjadi pilihan ketika gagal ujian bersama masuk perguruan tinggi negeri bahkan menjadi pilihan pertama saat memilih kampus untuk berkuliah. Satu hal yang saya ingat dari guru saya “Jika kita hanya mengandalkan nama besar maka jika keluar kita hanya menjadi abu, namun jika kita mengandalkan kemampuan kita, ketika kita keluar dari zona itu maka kita akan tetap besar.”
Penulis : Sibakhul Milad