Pandemi COVID-19 yang tidak kunjung selesai memaksa beberapa pihak untuk berdamai dan berdampingan dengan keadaan yang serba tidak aman. Terkhusus, sistem pendidikan yang sudah berjalan secara daring sejak awal April 2020 sampai saat ini dengan berbagai macam metode. Pada beberapa sekolah dan perguruan tinggi di Indonesia, mulai berlaku sistem “shift” dimana mahasiswa atau siswa dibagi menjadi kloter dan beberapa sesi. Namun, ada sisi lain dari pandemi ini yang bersinggungan erat dengan kehidupan mahasiswa yakni pengingkatan stress dan rentannya kesehatan mental para mahasiswa.
Hal tersebut menjurus kepada tindakan berfikir berlebihan atau Overthinking Pains yang dilakukan oleh mahasiswa. Mereka merenungkan banyak hal tentang pendidikan mereka, masa depan mereka, dan banyak hal lain yang belum terjadi. Berdasarkan fakta yang bersandar kepada penelitian empiris oleh Fauziyyah et al. (2021) menyatakan bahwasannya angka stres pada mahasiswa di Indonesia selama perkuliahan jarak jauh rata-rata sebesar 55,1%, sedangkan pada mahasiswa di luar Indonesia sebesar 66,3%. Angka kecemasan mahasiswa di Indonesia selama perkuliahan jarak jauh rata-rata sebesar 40%, sedangkan pada mahasiswa di luar Indonesia sebesar 57,2%. Studi empiris lain telah mengkonfirmasi bahwa overthinking memiliki dampak negatif pada kesehatan aktual yang dirasakan. Baik dampak yang diakibatkan dari overthinking yang diinduksi kekhawatiran konstan biologis, atau intensifikasi gejala yang tidak disengaja (Jamshaid et al., 2020).
Lalu, apakah hal tersebut hanya terjadi di Indonesia? Tentu tidak, Jamshaid et al. (2020) melakukan penelitian mengenai angka stres dan overthinking mahasiswa internasional di China menemukan bahwa perempuan memiliki lebih banyak kekhawatiran dengan tindakan overthinking selama wabah pandemi COVID-19. Hal ini tentu menjadi sebuah fakta yang miris bahwa era dimana penularan penyakit berbahaya masih berlangsung, mahasiswa harus berdamai dengan keadaan lain yakni stres dan kesehatan mental. Tidak hanya itu, fakta penelitian empiris tersebut juga harusnya mampu menggerakan hati para pelakon peraturan dan pelaksana pendidikan serta orangtua untuk selalu aktif memantau kesehatan anak ketika berkuliah atau bersekolah daring. Mari bersemangat, berdoa, dan selalu berfikir positif untuk menghadapi pandemi dan segala dinamika di dalamnya. Mahasiswa bermental sehat, mahasiswa kuat!
Source:
Fauziyyah, R., Awinda, R. C., & Besral, B. (2021). Dampak Pembelajaran Jarak Jauh terhadap Tingkat Stres dan Kecemasan Mahasiswa selama Pandemi COVID-19. Jurnal Biostatistik, Kependudukan, dan Informatika Kesehatan, 1(2), 113-123.
Jamshaid, S., Haider, N. I. M. A. A., Jamshed, K., & Jamshad, S. (2020, December). Overthinking Hurts: Rumination, Worry and Mental Health of International Students in China During Covid-19 Pandemic. In International Joint Conference on Arts and Humanities (IJCAH 2020) (pp. 17-24). Atlantis Press.
Penulis : Sibakhul Milad
Editor : Sakinah