Lie Detector Mahasiswa Indonesia Sabet Medali Emas

Tak hentinya mengembangkan ide-ide kreatif dan solutif, mahasiswa Indonesia juga kerap mendapat penghargaan di berbagai ajang tingkat nasional maupun internasional. Kali ini kompetisi International Invention Competition for Young Moslem Scientist 2021 (IICYMS 2021) yang diadakan oleh Indonesian Young Scientist Association menjadi ajang bagi mahasiswa Universitas Airlangga (Unair) memperoleh medali emas.

Ajang berskala internasional ini diikuti oleh 12 negara seperti Malaysia, Singapura, hingga Turki. Tim mahasiswa Unair ini beranggotakan lima mahasiswa dan menciptakan lie detector atau alat pendeteksi kebohongan. Lie detector ini berhasil meraih medali emas dan Macedonia Special Award untuk inovasi teknologi.

Lie detector yang dibuat oleh tim mahasiswa Unair ini menggunakan serat optik (fiber optik) untuk mengukur detak jantung guna mendeteksi kebohongan. Biasanya, lie detector pada umumnya menggunakan sensor khusus dan poligraf untuk mengukur detak jantung. Dengan menggunakan serat optik, maka bisa didapatkan resultan deteksi kebohongan yang jauh lebih akurat. Dengan rentang frekuensi detak jantung 50-300 bpm, maka tingkat lenearitasnya hampir 100 persen.

Uniknya lagi, lie detector hasil tim Unair memiliki desain sederhana dengan biaya fabrikasi terjangkau. Sehingga inovasi ini dapat dengan mudah diaplikasikan di lapangan. Inovasi ini muncul setelah tim membaca dan memahami jurnal berjudul Fiber Optic Sensor Heart Rate Detection. Maka dapat dikatakan bahwa inovasi ini merupakan aplikasi nyata dari hipotesis saintifik yang tertuang dalam jurnal tersebut.

Inovasi pengembangan deteksi detak jantung berbasis serat optik ini pertama kali dikembangkan oleh sang dosen pembimbing, Retna Apsari di Laboratorium Fotonika FST Unair. Ia turut berharap bahwa prestasi ini dapat menjadi harapan dan pemicu bagi mahasiswa lain untuk tidak berhenti berprestasi di kancah nasional maupun intenasional.

 

Reporter : Sri Fatimah

Editor : Sakinah

Related Posts