Dalam pemerolehan bahasa kedua, manusia membutuhkan input. Adapun input yang dibutuhkan yaitu mendengarkan dan membaca. Terutama membaca, para peneliti menemukan terdapat dua pendekatan besar yaitu Intensive Reading (IR) dan Extensive Reading (ER). Intensive Reading atau IR dapat diartikan sebagai pendekatan pemerolehan bahasa kedua dengan cara membaca yang dilaksanakan di dalam kelas dengan bantuan guru dan terdapat interaksi antara guru dan murid dan murid dengan murid. Sedangakan Extensive Reading atau ER dapat diartikan sebagai proses membaca yang dilakukan oleh siswa yang dilaksanakan di luar kelas tanpa ada paksaan, tanpa meresa tertekan, atau tanpa tuntutan untuk membaca. Di sisi lain, Extensive Reading bisa diartikan sebagai sebuah kegiatan dimana para pembelajar bahasa kedua mencoba membaca hal yang mereka sukai untuk mendapatkan input terutama input membaca di luar kelas.
Iswandari and Paradita (2019) menyebutkan bahwa dalam melaksanakan Extensive Reading harus dimulai dalam kelas dengan cara guru menjelaskan manfaat dari Extensive Reading, bagaimana melakukan Extensive Reading, dan mengapa Extensive Reading itu penting. Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa meskipun kegiatan Extensive Reading dilaksanakan di luar kelas, namun penjelasan guru sebelum kegiatan Extensive Reading adalah sebuah keharusan. Pada tahun 2002, Day and Bamford (pp. 137-141) mengembangkan 10 prinsip Extensive Reading yang dapat dianggap sebagai bahan utama dari program Extensive Reading yang sukses dan mendorong guru untuk gunakan mereka. 10 prinsip tersebut adalah:
1. Bahan bacaannya mudah.
2. Bahan bacaan tersedia berbagai macam topik.
3. Peserta didik memilih apa yang ingin mereka baca.
4. Peserta didik membaca sebanyak mungkin.
5. Membaca adalah untuk kesenangan, untuk mendapatkan informasi umum dan pengertian.
6. Membaca adalah hadiah itu sendiri bukan paksaan
7. Peserta didik umumnya membaca dengan cepat dan tidak lambat.
8. Membaca adalah diam dan individual.
9. Guru mengorientasikan dan memberikan bimbingan kepada siswa.
10. Guru harus mampu menjadi contoh pembaca di Extensive Reading
Teori utama yang mendasari Extensive Reading adalah Hypothesis Comprehension oleh Krashen. Hypothesis Comprehension menyatakan bahwa “kita memperoleh bahasa dan mengembangkan literasi ketika kita memahami pesan. Yaitu, ketika kita memahami apa yang kita dengar dan apa yang kita baca, ketika kita menerima masukan yang dapat dipahami” (Krashen, 2003). Adapun untuk manfaat Ng et al. (2019) mengungkapkan bahwa kegiatan Extensive Reading sangat memengaruhi kemampuan membaca para pembelajar dan mampu meningkatkan angka input dalam mempelajari bahasa kedua. Tidak hanya membaca, Extensive Reading juga berkontribusi pada kemampuan menulis dan tata bahasa yang lebih baik. Hal ini bisa terjadi karena kalimat dalam buku cerita lebih menarik dan lebih mudah dipahami. Dengan begitu pembelajar akan mendapatkan lebih banyak masukan untuk perolehan pola kalimat, kosa kata dan aspek lainnya dalam tata bahasanya (Lee, Hsieh, Wang, 2009).
Nah itulah salah satu pendekatan dalam pemerolehan bahasa kedua. Sebenarnya, ada banyak input yang bisa dilakukan oleh pembelajar bahasa kedua yang diusulkan oleh para peneliti terdahulu. Namun semua dari usulan mereka memiliki landasan teori yang mendasari usulan mereka. Jika kalian mengetahui tentang beberapa pendekatan input bahasa kedua, yuk tulis di kolom komentar.
Source:
Day, R. R. & Bamford, J. (2002). Top ten principles for teaching extensive reading. Reading in a Foreign Language, 14(2), 136-141
Iswandari, Y. A., & Paradita, L. I. (2019). Extensive reading in EFL settings: A special interview with Professor Paul Nation. TEFLIN Journal, 30(2), 187-196.
Krashen, S. D. (2003). Explorations in language acquisition and use: The Taipei lectures. Portsmouth, NH: Heinemann.
Lee, S. Y., Hsieh, M. I., & Wang, F. Y. (2009). Storybooks vs. textbooks: A corpus study. Selected Papers from The Eighteenth International Symposium on English Teaching, 620-624. Taipei: Crane.
Ng, Q. R., Renandya, W. A., & Chong, M. Y. C. (2019). Extensive reading: Theory, research and implementation. Teflin Journal, 30(2), 171-186.
Penulis : Sibakhul Milad
Editor : Sakinah