Eccedentesiast: Fenomena Menyembunyikan Rasa Sakit

Banyak orang mungkin belum pernah mendengar istilah eccedentesiast. Namun, bisa jadi kamu mungkin sering mengalaminya sehari-hari. Eccedentesiast adalah orang yang menyembunyikan rasa sakit di balik senyuman atau kebahagiaan palsu. Eccedentesiast berasal dari tiga kata latin yakni: ecce (aku mempersembahkan), dentes (gigi yang menandakan senyuman), dan iast (pelaku atau entertainer). Kata ini secara harfiah berarti, “Aku mempersembahkan gigi sebagai seorang entertainer (penghibur)” yang menggambarkan seseorang yang tersenyum tetapi sebenarnya tidak merasa seperti apa yang mereka rasakan.

Istilah eccedentesiast kemudian digunakan untuk merujuk pada seseorang yang enggan menunjukkan emosinya yang sebenarnya, terutama kesedihan, di depan orang lain. Konsep memalsukan senyuman dan pura-pura bahagia telah banyak dibahas, meskipun istilah eccedentesiast tidak banyak digunakan dalam literatur psikologi. Menurut psikolog Denrich Suryadi, ada dua alasan utama mengapa seseorang tidak dapat mengungkapkan emosinya sebagaimana mereka merasakannya: kesulitan dan keengganan. Spesifik, ekscedentesiast menyebabkan keengganan untuk menyatakan kesedihan.

Faktor-faktor berikut dapat menyebabkan eccedentesiast:

  1. Ketakutan menunjukkan kelemahan. Banyak orang percaya bahwa menunjukkan kelemahan atau kesedihan akan membuat mereka terlihat kurang kuat atau kompeten di mata orang lain.
  2. Pengalaman masa kecil. Anak-anak yang dibesarkan dengan pola asuh yang tidak memberikan ruang bagi mereka untuk menunjukkan perasaan mereka dapat tumbuh menjadi individu yang enggan menunjukkan perasaan sebenarnya.
  3. Budaya dan norma sosial. Ada beberapa budaya yang mendorong orang untuk tampak kuat dan bahagia, sehingga mereka merasa perlu menyembunyikan emosi negatif mereka.

Cara Mengatasi eccedentesiast:

Untuk mengatasi perilaku eccedentesiast, kamu perlu menjadi lebih sadar diri dan berusaha untuk lebih terbuka dalam mengungkapkan emosi. Ini adalah beberapa tindakan yang dapat dilakukan:

  1. Mengenali dan menerima emosi. Mengenali dan menerima emosi adalah langkah pertama. Menerima kenyataan bahwa kamu dapat merasa sedih, marah, atau kecewa adalah hal yang wajar dan manusiawi.
  2. Berbagi dengan orang terdekat. Mencari dukungan dari teman atau keluarga dapat membantu mengurangi beban emosi. Berbagi perasaan dengan orang yang dipercaya juga bisa menjadi langkah penting dalam mengatasi emosi negatif.
  3. Mengungkapkan emosi secara sehat. Menemukan cara yang sehat untuk mengungkapkan emosi, seperti menulis jurnal, berolahraga, atau berpartisipasi dalam kegiatan seni, dapat membantu meredakan stres.
  4. Mencari bantuan profesional. Tidak ada salahnya mendapatkan bantuan dari profesional seperti psikolog atau konselor jika anda mengalami kesulitan mengelola emosi sendiri.

 

Penulis : Alvin Ferdiansyah

Editor : Sakinatudh Dhuhuriyah

Related Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *