Complexity Theory: Proses Dinamis dan Sistematis dalam Pemerolehan Bahasa

Berbicara mengenai pemerolehan bahasa akan lekat hubungannya dengan pertumbuhan anak, lingkungan dan faktor sekitar yang membawa beberapa dampak perkembangan bahasa anak. Departemen Kesehatan Republik Indonesia pada tahun 2006 menyatakan bahwa 16% anak Indonesia mengalami gangguan perkembangan, baik perkembangan motorik halus maupun kasar, gangguan pendengaran, kecerdasan kurang dan keterlambatan bicara, serta 62,02% anak prasekolah mengalami gangguan perkembangan motorik, bahasa dan sosial pribadi. Salah satu hal yang ditekankan dalam penemuan tersebut adalah kemampuan pemerolehan bahasa yang terlambat bagi anak-anak. Dalam beberapa literature menjelaskan bahwa pemerolehan bahasa bisa dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti orangtua, lingkungan, input orangtua, dan faktor biologis dimana hal tersebut berhubungan erat dengan fungsi otak. Sebab, dalam pemerolehan bahasa, tidak hanya satu atau dua hal saja yang berkaitan. Namun akan ada banyak hal yang berkaitan dan saling bertautan.

Pada pemerolehan bahasa, peneliti menggolongkannya sebagai pemerolehan bahasa pertama dan kedua. Dimana perhatian dari pada peneliti lebih ditekankan dalam proses pemerolehan bahasa kedua. Sebenarnya pemerolehan bahasa pertama dan kedua melalui proses yang hampir sama yaitu masuknya input bahasa – pemrosesan – output bahasa. Terutama proses input, menjadi sangat penting dan vital jika berkaitan dengan pemerolehan bahasa. Salah satu teori yang berkembang di dalam pemerolehan bahasa kedua ada Complexity theory. Dalam bukunya, Saville-Troike (2012) menjabarkan bahwa Teori Kompleksitas adalah proses pemerolehan bahasa dengan menggabungkan linguistik, sosial, dan pertimbangan psikologis tradisional si pemeroleh bahasa. Lebih singkatnya, teori ini menjabarkan bahwa dalam pemerolehan bahasa terutama bahasa kedua beberapa proses akan saling bertaut dan berhubungan, dengan kata lain, proses akan saling bertumpuk membuat satu kesatuan.

Hal ini menekankan bahwa, input orang tua bukanlah hal satu-satunya dalam pemerolehan bahasa anak. Teori ini adalah gagasan utama dari Larsen-Freeman pada tahun 2011 yang menjelaskan bahwa proses pemerolehan bahasa tidak hanya tertaut pada satu atau dua hal. Lebih dari itu, proses pemerolehan bahasa adalah sesuatu yang sangat kompleks dan saling tertaut. Konsep dasar dalam Teori Kompleksitas yang diterapkan pada pemerolehan bahasa kedua adalah bahwa semua bahasa, dan ragam bahasa, adalah sistem yang kompleks dengan komponen dan tahapan bahasa pembelajar yang saling berhubungan. Mengatakan bahwa sistem yang kompleks memiliki komponen yang saling berhubungan berarti bahwa tingkat bahasa seperti fonologi, kosa kata, dan wacana saling bergantung dalam perkembangannya. Dalam proses pengembangan, komponen yang berbeda menjadi lebih teratur.

Pada dasarnya, proses pemerolehan bahasa baik bahasa pertama dan kedua melalui proses yang dinamis. Proses dinamis bisa diartikan sebagai pembentukan pola yang terstruktur dan berkembang. Lebih dari itu, proses tersebut akan saling berikatan sehingga dalam proses pemerolehan bahasa si pemeroleh akan melalui beberapa proses yang sistematis sehingga proses tersebut bisa dilihat sebagai pengusaan bahasa, baik pertama maupun kedua.

Tulisan ini didasarkan pada buku “Introducing Second Language Acquisition Second Edition” by Muriel Saville Troike (2012). Selayaknya membaca sebuah literature, terdapat beberapa paham yang berbeda. Dengan itu, saran dan kritik membangun diharapkan mampu memperbaiki tulisan ini. Sertakan komen dan saran di kolom komentar tulisan ini untuk tulisan yang lebih baik dan teori pemerolehan bahasa kedua yang lebih bervariasi.

 

Source: Saville-Troike.M (2012). Introducing Second Language Acquisition (2nd Ed). Cambridge

Penulis : Sibakhul Milad

Editor : Sakinah

Related Posts