Dalam kehidupan kita sehari-hari, kita akan dihadapkan dengan masyarakat yang berbeda yang memiliki bahasa yang berbeda. Itu memungkinkan kita menghadapi masalah komunikasi dalam situasi yang berbeda. Hal tersebut juga terjadi kepada semua orang termasuk pelajar dan guru di dalam kelas. Untuk bisa terus berinteraksi dan berkomunikasi dengan lingkungan sekitar, maka dalam proses berbahasa terdapat istilah “Codeswitching”. Lebih jauh, Codeswitching merupakan sebuah alternatif untuk melakukan percakapan dengan dua bahasa yang berbeda. Dimana seseorang bisa mencampurkan dua bahasa yang berbeda dalam satu waktu bersamaan.
Jika kita ingin mengetahui dari contoh nyata Codeswitching, maka fenomena pelajar bahasa asing dan fenomena anak jaksel adalah contoh yang tepat. Pernahkah kalian mendengar
“Gue kek bener-bener confused sama jalan pikir lo”
“Sebenernya gue mau hal yang gampang which is ga butuh effort banget”
“Gue baru beli tas ini kek around fifty million gitu”
Nah, apakah kalian melihat adanya percampuran bahasa di sana? Ya pasti. Ada percampuran antara bahasa keseharian gaul Jakarta dengan bahasa Inggris. Hal tersebut bisa kita tandai sebagai codeswitching. Namun, pada dasarnya tidak semua percampuran bahasa tersebut bisa diartikan sebagai codeswitching. Sebenarnya codeswitching ditandai dari proses belajar bahasa kedua dimana biasa ditemukan di kelas yang dilakukan guru ke murid, murid ke murid, atau murid ke guru. Waris (2012) menyebutkan bahwa pengalihan dan penggabungan bahasa dalam pembelajaran, khususnya bahasa asing, merupakan salah satu trik agar si pembelajar secara tidak langsung dapat memahami bahasa yang mereka sedang pelajari. Oleh karena itu, codeswitching bisa diartikan sebagai salah satu cara alternatif untuk bilingual dari dua atau lebih bahasa dalam percakapan yang sama. Hymes (1974) mendefinisikan codeswitching sebagai “istilah umum untuk penggunaan alternatif dua atau lebih bahasa, varietas bahasa atau bahkan gaya bicara”.
Selanjutnya, berkaitan dengan faktor penyebab seseorang melakukan codeswitching diungkapkan oleh penelitian Muthusamy et al. (2020) dalam penelitiannya mereka menemukan bahwa faktor utama di balik codeswitching di antara para siswa adalah ketidakmampuan dalam bahasa kedua. Faktor-faktor lain yang dapat menjelaskan codeswitching adalah menjaga privasi, kemudahan berbicara dalam bahasa pertama dibandingkan dengan berbicara dalam bahasa Inggris, menghindari kesalahpahaman, dan ketidakbiasaan dengan kata-kata serupa dalam bahasa Inggris. Nah itulah, beberapa informasi mengenai codeswtiching dan faktor yang menyebabkannya. Semoga kalian bisa menambah ilmu dari bacaan ini ya. Yuk tuliskan teori pemelajaran bahasa kedua apa yang kalian ingin ketahui di kolom komentar!
Source
Waris, A. M. (2012). Code switching and mixing (Communication in Learning Language). Jurnal Dakwah Tabligh, 13(1), 123-135.
Hymes, D.: 1974, Foundations in Sociolinguistics: An Ethnographic Approach, University of Pennsylvania Press, Philadelphia.
Muthusamy, P., Muniandy, R., Kandasam, S. S., Hussin, O. H., Subramaniam, M., & Farashaiyan, A. (2020). Factors of Code-Switching among Bilingual International Students in Malaysia. International Journal of Higher Education, 9(4), 332-338.
Penulis : Sibakhul Milad
Editor : Sakinah