Saat kunjungannya di Universitas Sumatra Utara pada Selasa (26/10), Mendikbudristek Nadiem Makarim menyampaikan data yang dihimpunnya bahwa 80% sarjana yang ada di Indonesia bekerja tidak sesuai disiplin ilmu yang dipilihnya atau program studi saat mereka masih mahasiswa. Hal ini bisa saja karena orientasi mereka saat menempuh pendidikan di perguruan tinggi tidak dilatarbelakangi mencari ilmu, namun lebih kepada karena tuntutan orang tua, gengsi semata, atau bahkan hanya ingin ijazahnya saja?
Namun pada kesempatan kali ini, kita tidak ingin membahas hal itu karena mungkin terlalu rumit dan berbelit untuk ditulis. Hal yang lebih menarik untuk kita bahas saat ini adalah kiat ataupun saran jika kalian terlanjur menjadi mahasiswa yang salah jurusan, agar kalian tidak sekadar pasrah pada keadaan.
“Wes rapopo lah IPK ngisor 3, penting iso lulus!” (Sudah tidak apa-apa IPK di bawah 3, yang penting bisa lulus!)
”Koe entuk C remidi? Aku lhoo C ono 3 tak openi” (Kamu dapat C mau remidi? Aku lho C ada 3 aku pelihara)
Begitulah beberapa keluh kesah mahasiswa yang sering kita temui dalam menyikapi hasil belajarnya karena mereka menganggap diri mereka salah jurusan. Untuk itu berikut Beranda Kampus sampaikan kiat menyikapi diri ketika merasa salah jurusan saat kuliah :
1. Berorganisasi
Akhir-akhir ini mahasiswa berorganisasi seperti hanya untuk gengsi-gengsian dan sekadar menambah CV mereka saja, sehingga banyak dari mereka yang sekadar titip nama selama kepengurusan kemudian di akhir periode mereka minta sertifikat keanggotaan. Hal itu terjadi karena mereka tidak paham ataupun tidak mau memahami esensi dan manfaat dari mereka berorganisasi.
Baik organisasi intra kampus (BEM, DPM, HMJ, dll), ekstra kampus (HMI, IMM, PMII, GMNI dll), hingga organisasi kedaerahan pasti mempunyai tujuan dan manfaatnya sendiri. Karena dengan berorganisasi kita mempunyai manfaat jejaring yang lebih baik dari pada mereka yang tidak. Karena memiliki jaringan dalam lingkup organisasi, tentu akan memudahkan kita dalam mendapatkan info lowongan pekerjaan, beasiswa dan lain-lain.
2. Upgrade Softskill
Mempunyai kemampuan soft skill tentu bisa menjadi nilai tambah bagi kita untuk mendapatkan pekerjaan yang baik. Karena pintar dan mempunyai nilai bagus saja kadang tidak cukup. Harus ada sesuatu yang spesial yang bisa menjadi daya tawar kita untuk mendapatkan pekerjaan. Antara lain dengan mempunyai soft skill yang bisa menunjang pekerjaan kita nantinya. Seperti penguasaan bahasa asing, public speaking, kemampuan editing video, desain grafis, dan lain-lain.
3. Belajar Mandiri
Belajar mandiri kadang memang diperlukan untuk mengetahui seberapa kuat mental kita jika mendapat tekanan nantinya, atau seberapa kuat nantinya kita bisa bangkit dari keterpurukan. Cara belajar mandiri tentu banyak caranya, tergantung di mana zona nyaman kita. Sebagai contoh jika orang tua kita bisa memberi uang saku lebih ke kita, cobalah untuk lebih mandiri dalam mendapatkan uang saku bulanan selama kuliah. Bisa dengan cara ikut kerja paruh waktu, atau membuka usaha yang sekiranya bisa mencukupi kebutuhan kita sehari-hari. Karena dengan begitu kita akan bisa lebih menghargai perjuangan orang tua, lebih bijak dalam pengelolaan uang dan lain-lain.
4. Usahakan IPK di atas 3.0
IPK memang bukan segalanya, tapi IPK juga merupakan indikator pertama dari hasil proses belajar kita selama kuliah. Dengan IPK yang bagus, tentu akan meminimalisir pertanyaan-pertanyaan seputar proses belajar kita selama kuliah, yang mungkin justru tidak sesuai dengan apa yang kita harapkan. Namun jika kita mempunyai nilai yang bagus, dan bisa melakukan ketiga hal di atas tadi, tentu akan semakin menarik minat perusahaan tempat kita melamar kerja.
Begitulah beberapa tips yang bisa dilakukan apabila kita menjadi mahasiswa yang (merasa) salah jurusan. Setidaknya kita punya target dalam nilai, dan punya nilai tambah yang bisa kita dapat di organisasi, soft skill yang kita punya, serta mempunyai mental yang kuat karena belajar mandiri.
Penulis : Ari Himawan
Editor : Sakinah