5 Fakta Mengenai Mahasiswa Fisipol UMY: Sendiri Aja Tetap Kelihatan Ramai!

Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik atau yang sering disingkat sebagai Fisipol, merupakan salah satu fakultas yang memiliki banyak mahasiswa di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY). Fisipol UMY memiliki tiga program studi yakni Ilmu Komunikasi, Ilmu Pemerintahan, dan Hubungan Internasional, ketiganya juga memiliki kelas Internasional. Di balik ramainya mahasiswa Fisipol UMY, terdapat berbagai macam mahasiswa dengan latar belakang yang berbeda dan karakteristik yang berbeda juga.

1. Fashionable

Kalau kata orang, sepanjang koridor dan lobby Fisipol UMY sudah seperti “fashion show” penuh dengan warna-warni dan model-model yang berbeda, dari yang berwarna terang hingga warna gelap. Mahasiswa Fisipol selalu dikenal sebagai mahasiswa paling fashionable, dilihat dari pemilihan cara berpakaian mereka yang kadang juga suka nyentrik, dan unik. Beberapa dari mereka mengedepankan keberagaman dengan memadukan berbagai tren juga budaya dalam satu outfit. Sebenarnya selain alasan pribadi, beberapa mahasiswa Fisipol memilih untuk berpakain menarik juga dikarenakan kebutuhan program studi masing – masing sebagai upaya mereka membangun citra diri yang menyesuaikan kebutuhan studi. Banyak dari mahasiswa Fisipol aktif di organisasi maupun kegiatan lain di luar kampus, hal ini juga yang meningkatkan kesadaran mereka untuk berpenampilan menarik untuk menjadikan diri mereka “ikonik” dan sebagai media menunjukkan personal branding maupun profesionalisme.

2. Aktivis

“Hidup mahasiswa, hidup rakyat Indonesia, hidup perempuan yang melawan” rasanya narasi seperti itu sudah menjadi alarm yang kerap didengar oleh mahasiswa Fisipol baik secara langsung maupun melalui media sosial. Dengan relate-nya mata kuliah setiap prodi yang banyak berfokus pada ilmu sosial dan politik, mendorong mahasiswa untuk selalu dipaksa kritis terhadap isu – isu sosial dan politik di sekitar mereka maupun di luar negeri. Selain karena alasan akademis, banyaknya mahasiswa yang ikut organisasi membuat mereka lebih melek dengan isu disekitar, ada ragam bentuk aktivisme yang sering dilakukan oleh organisasi kemahasiswaan seperti konsolidasi, propaganda media, bahkan demonstrasi apabila diperlukan. Namun perlu diketahui bahwa tidak selamanya menjadi aktivis adalah hal yang buruk, walaupun mereka terlihat sering “komplain” soal pemerintahan, namun dengan mereka seperti itu menunjukkan bahwa mereka peduli dengan perkembangan bangsa ini.

3. Kuliahnya Santai

Jadwal kuliahnya Senin sampai Sabtu, tapi bisa jadi dalam sehari hanya ada satu kelas mata kuliah. Pada dasarnya beberapa program studi di Fisipol UMY memang tidak memiliki banyak praktik bahkan laboratorium yang saklek seperti fakultas lain. Hal tersebut juga mendukung mahasiswa memiliki kelas yang terbilang lebih longgar dan fleksibel, sehingga banyak anggapan mahasiswa Fisipol “kuliahnya santai”. Namun, penting untuk diingat bahwa stereotip ini tidak selalu mencerminkan realitas perkuliahan di Fisipol. Kenyataannya, kuliah di Fisipol sama menantangnya dengan jurusan lain. Mahasiswa Fisipol dituntut untuk memiliki kemampuan berpikir kritis, analitis, dan komunikatif yang tinggi. Mereka juga harus mampu memahami berbagai isu sosial dan politik yang kompleks.

4. Extrovert

“Sendiri aja keliatan ramai banget kaya se RT” mungkin kalimat itu sudah cukup menggambarkan beberapa mahasiswa Fisipol UMY yang memiliki karakter ekstrovert. Hal tersebut selain memang pembawaan atau karakter setiap masing masing individu, ada beberapa faktor yang mendukung mereka untuk menjadi mahasiswa yang ekstrovert. Dari sisi akademis, banyak tugas tugas mahasiswa Fisipol yang mendorong mereka untuk aktif dalam diskusi, kerja kelompok, dan melakukan presentasi di depan kelas. Selain itu di sisi non-akademis banyak juga kegiatan organisasi kemahasiswaan yang berbentuk debat, seminar, maupun festival sehingga menjadi wadah bagi mahasiswa untuk bersosialisasi, bertukar ide, dan mengembangkan kemampuan softskill mereka. Meskipun stereotip ini tidak selalu berlaku untuk semua mahasiswa Fisipol, namun stereotype ini cukup melekat pada citra fakultas ini. Perlu diingat bahwa setiap individu memiliki kepribadian yang unik, dan tidak semua mahasiswa Fisipol adalah ekstrovert. Ada juga mahasiswa Fisipol yang introvert dan lebih senang dengan aktivitas yang tenang dan individual.

5. Si paling jago public speaking

Kalau sudah disuruh presentasi atau berbicara di depan umum, mereka ini ahlinya. Ibarat kata, mereka hanya membaca teks sebentar tapi bisa berbicara sampai 5 jam. Mahasiswa Fisipol sering dikaitkan dengan kemampuan berbicara mereka yang lancar namun tetap tertata. Hal tersebut disebabkan karena banyak hal baik dari akademis maupun non-akademis. Dalam hal akademis, beberapa dari mereka sering mendapatkan tugas untuk berbicara di depan umum, seperti presentasi di depan klien, model United Nations, dan lain sebagainya. Hal ini mendorong mahasiswa untuk mengembangkan kemampuan public speaking mereka agar dapat berkomunikasi secara efektif dengan orang lain. Stereotip mahasiswa Fisipol jago public speaking muncul dari kombinasi kurikulum, kegiatan, karakteristik jurusan, dan kesempatan berorganisasi di Fisipol. Meskipun tidak semua mahasiswa Fisipol jago public speaking, stereotip ini mencerminkan fokus Fisipol pada komunikasi dan interaksi manusia, yang mendorong mahasiswa untuk mengembangkan kemampuan public speaking mereka.

Sepertinya begitu yang bisa kita pahami mengenai stereotip mahasiswa Fisipol UMY yang sering didengar dari mahasiswa fakultas lain. Kalau kamu salah satu mahasiswa Fisipol, bagaimana pendapatmu?

 

Penulis : Amalia Zahara

Editor : Sakinatudh Dhuhuriyah

Related Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *